Kerja-kerja jurnalisme tak hanya sekedar meliput berita lalu mempublikasikannya ke masyarakat. Sebab ada berbagai macam jenis kerja jurnalistik yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, salah satunya adalah jurnalisme investigasi. Berbeda dengan laporan liputan biasa, jurnalisme investigasi berperan sebagai detektif, ilmuwan, bahkan manajer jika mengacu pada keahliannya dalam mengungkap fakta-fakta yang sengaja disembunyikan. Lewat jurnalisme investigasi, para wartawan akan menelisik secara lebih mendalam suatu informasi atau peristiwa yang mungkin bisa membongkar kasus-kasus yang sebelumnya tidak pernah terungkap sama sekali. Selain itu, jurnalisme investigasi juga bisa membantu dalam menegakkan demokrasi dari berita-berita yang ditelisik lebih jauh lagi. Setiap wartawan yang melakukan kegiatan investigasi jurnalistik, maka ia akan bekerja layaknya detektif. Mereka akan memulainya dengan sebuah pertanyaan tentang suatu kasus atau peristiwa yang dirasa bisa digali lebih dalam lagi. Lalu,
Laporan investigasi bukan hanya soal panjang atau pendek isinya. Bukan juga tentang sudah melakukan penelusuran, maka itu bisa dijadikan sebagai laporan investigasi. Laporan investigasi bukan hanya tentang itu. Dandhy Dwi Laksono dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme Investigasi (2010) menuliskan, jika terdapat lima elemen yang harus dipenuhi dalam laporan investigasi. Selain lima elemen tadi, laporan investigasi juga harus memuat esensi, yakni memberikan perlindungan lebih maksimal serta komprehensif terhadap kepentingan publik, di mana hal ini juga menjadi esensi dari suatu produk jurnalistik. Kelima elemen laporan investigasi tadi bisa terlihat juga dalam film Spotlight . Tim Spotlight yang terdiri dari Michael Rezendes, “Robby” Robinson, Sacha Pfeiffer, dan Matt Carroll tak hanya melakukan penelusuran, seperti mewawancarai korban atau mengikuti setiap petunjuk yang ada. Sebab menuju penghujung cerita, karakter Marty Baron, mengatakan jika Tim Spotlight dan Ben Bradlee Jr. sudah m